Tantri Agustiningsih

Tantri Agustiningsih, mengajar di SMP Negeri 239 Jakarta. Tepatnya di sebelah gedung LPMP Jakarta dan bersebelahan dengan Kampus Universitas Indraprasta. Lahir ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Lila dan Ilal (Pentigraf ke 13)

#TANTANGANGURUSIANA HARI KE 97

"Bang, sudah siang jangan tidur terus, matahari sudah tinggi,"teriak Lila, istrinya Ilal yang masih tertidur di tengaha matahari yang sudah terang bendenrang. "Nanti rejekinya di patok ayam kalau tidur pagi-pagi bang,"Lanjut Lila dengan kesal sambil menarik selimut yang dipakai suaminya dan membasahi muka suaminya dengan air. Ilal kegelagepan, langsung lompat dan mengambil sarungnya langsung pergi ke dapur. Lila, sang istri mengikutinya khawatir suaminya melanjutkan tidurnya dikursi dapur. Dan benar saja Ilal sudah bersandar dikursi dapur. Lila mengambil piring kaleng dan membunyikannya dengan kencang dan berkali-kali. "Treng teng teng teng teng!!!!!! Ilal terbangun dan segera pergi ke kamr mandi mencuci mukanya dengan segera, setelah itu dia menghirup kopinya yang sudah hampir dingin sekali teguk dan pergi ke belakang mencari cangkulnya.

"Bang, jangan lupa ke ladang, bawalah hasil tanah kita ke rumah. Hari ini tanah kita sudah menghasil dan bisa dipanen,"kata Lila sambil memberikan bungkusan nasi dan air minum ke tangan suaminya. Lila dan Alil sepasang suami istri yang sangat fenomenal sekali. Mereka berdua memang pasang yang agak sedikit kurang dalam tingkat pemahamannya dengan lawan bicaranya, bisa dikatakan agak sedikit bodoh mereka berdua karena memang mereka berdua tak pernah sekolah. Lila sebenarnya sayang sama suaminya, tapi dia tak suka melihat suaminya yang selalu tidur di pagi hari, tidak mau kerja, kalaupun kerja semaunya saja sendiri.

Sampailah Ilal di ladangnya yang tidak terlalu luas, tapi lumayanlah buat kebutuhan sehari-hari. Ilal meletakan bekalnya di pendopo yang dibangun dari daun-daun kelapa dan kayu pohon kelapa, pendopo kecil itu untuk tempat istrihat dan makan saat istirahat. Ilalpun duduk melihat ladangnya dengan tangan memegang tempe gorang dan dinikmatilah tempe itu. "Tadi si Lila pesan apa ya?"tanya Ilal dalam hati. Diingat-ingatnya apa yang disampaikan istrinya, hingga dia tertidur di pendopo itu. Matahari sudah mulai meningga dan menembus pendopo itu sehingga menembus ke dalam dan Ilalpun terbangun karena kepanasan dan dia segera menggali ladangnya. Ilal pun pulang membawa hasil sambil bernyanyi-nyanyi. "Semoga istriku tak marah-marah lagi dengan hasil pekerjaanku ini. Sudah berat aku membawanya,'batin Ilal dengan penuh harap. Dan sampai di rumah Lila sudah menyambutnya dengan senang dan dibukanya hasil yang dibawa Ilal dan berteriaklah Lila dengan kencang,"Bang Ilaaaaalll". Berhamburalah tanah yang ada dalam bungkusan itu

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ada-ada saja bunda. Meski tidak sekolah tuk kebutuhan perut, akal manusia sudah canggih tuk mencari mana yang bisa dimakan dan tidak.

17 Jun
Balas

Terima kasih, sudah mampir ke blogku. Salam literasi

17 Jun

Kereen

18 Jun
Balas

terima kasih, ibu Ida Farida

18 Jun

Hahaha... Mantap

18 Jun
Balas

terima kasih, Salam literasi

18 Jun

Mantap bu...

18 Jun
Balas

terima kasih sudah mampir ke wallku.

18 Jun

Mantul

17 Jun
Balas

terima kasih, sudah dibaca ceritaku

18 Jun

Kasian ya dg Pak Ilal dan Lila.

17 Jun
Balas

Terima kasih, sudah mampir di wallku

17 Jun

Ha...ha, bang Ilalnya kebanyakan tidur

17 Jun
Balas

Terima kasih, bunda

17 Jun



search

New Post